Selasa, 02 Agustus 2011

CERPEN DI BILLBOARD

Media  printing semakin populer digunakan oleh masyarakat. Hal ini dipicu oleh semakin murahnya mesin-mesin di industri printing itu akibat masuknya mesin-mesin murah yang berasal dari China.

   Tak heran jika dimana-mana sering kita jumpai Kepala Daerah memajang fotonya di sudut-sudut kota. Media-media berukuran besar itu diganti seiring dengan pergantian momentum hari besar nasional. Sayangnya terkadang penggunaan media komunikasi visual tersebut tidak pada tempatnya.

         Saya pernah melihat sebuah billboard berukuran sekitar 4 x 6 meter yang berisi visi dan misi Kepala Daerah terpilih di bilangan jalan raya Kota Mempawah. Memuat kata-kata yang panjang seperti visi dan misi Pemerintah Daerah tentu saja tidak tepat jika menggunakan media outdoor seperti itu.

         Mana mungkin orang yang melintasi jalan raya bisa membaca tulisan yang terlihat sebesar-besar semut itu. Dan saya pikir tidak ada satupun pengendara mobil atau motor yang sengaja berhenti di tengah jalan raya yang padat hanya sekedar untuk membaca tulisan yang tercantum dalam Billboard tersebut.

         Media billboard adalah sarana untuk membangun image bagi para penggunanya, bukan untuk menyampaikan informasi secara detail. Kita bisa melihat penggunaan media bilboard oleh perusahaan-perusahaan rokok atau operator seluler. Media sebesar-besar itu paling berisi 2 atau 4 kata saja, selebihnya adalah gambar.
         Alasannya adalah media seperti billboard bukan media yang dapat menyampaikan informasi dalam waktu yang lama. Paling banter orang melihat billboard yang terpajang itu dalam hitungan detik. Mungkin 3 atau 5 detik. Sehingga informasi yang disampaikanpun harus to the point. Perusahaan rokok menggunakan billboard untuk menyampaikan identitas produknya, atau terkadang juga hanya untuk menegaskan tagline produknya. Rokok Surya misalnya hanya menuliskan kata-kata: Surya, Citra Rasa Ekslusif, Rokok Bheta lebih singkat lagi, “untung ada Bheta”.

         Hal ini kontras dengan penggunaan media Billboard oleh pemerintah daerah sebagaimana contoh Billboard yang dipergunakan oleh Pemerintah Kabupaten Pontianak itu. Cara penggunaan Billboard dalam proses komunikasi ini perlu diluruskan agar lebih efektif dalam penggunaannya. Saya khawatir jika tidak diluruskan, lain waktu ada aparatur pemerintah yang menuliskan curiculum vitaenya dengan menggunakan billboard.

         Kenapa ga cerpen aja sekalian? Hahaa.

Tidak ada komentar: